Area

27 September 2010

Jakarta,,pantaskah disebut IbuKota ??

Ibukota merupakan pusat dari sebuah Negara. Ibukota mencerminkan keadaan dari sebuah negara, baik atau buruk. Sebuah Ibukota merupakan cermin atau teladan bagi provinsi atau daerah-daerah lain di negara tersebut. Jakarta, pantaskah disebut Ibukota ?
Kehidupan dan gaya hidup masyarakat Jakarta haruslah mencerminkan segi positive untuk daerah-daerah lain karena Jakarta merupakan tolak ukur bagi daerah-daerah lain di Indonesia. Tapi fakta di lapangan sangat jauh berbeda dari apa yang diharapkan. Cermin positive yang diharapkan bertolak belakang dengan realita yang ada.
Dari segi pemerintahan, para petinggi-petinggi di pemerintahan bukan mencerminkan sikap yang positive, melainkan negative. Jika Induknya tidak taat kepada hukum, bagaimana ekornya ??
Dari segi gaya hidup remaja Jakarta. Berdasarkan survei langsung di lapangan yang saya lakukan di beberapa tempat anak-anak muda sering berkumpul, 85% anak muda di tempat tersebut pasti mengkonsumsi alkohol dan drugs. Mereka menganggap alkohol dan drugs sudah menjadi bagian dari hidup mereka seperti kebutuhan pokok mereka. Takjubnya, tidak hanya pria, wanita pun banyak yang ikut ambil bagian di dalamnya. Inikah yang disebut cermin dari sebuah negara ?
Tidak hanya sampai disitu. Salah satu budaya modernitas yang saat ini menjadi trend gaya hidup (life style) kaum muda Jakarta adalah budaya seks bebas atau free sex. Bahkan jika ada sekelompok kaum muda yang gagap dengan budaya yang satu ini dianggap kuno atau enggak GauL. Sampai “pacaran tanpa seks” dinilai bagaikan sayur tanpa garam. Siapapun yang terjun dalam dunia pacaran berarti menyiapkan diri untuk terjun ke dunia “seks pra nikah”. Anak muda Jakarta sedang menerapkan gaya hidup dunia barat yang menganggap free sex itu biasa dan lazim.
Menurut hasil survey sebuah lembaga pada tahun 2005-2006 sekitar 47,54 persen remaja Jakarta telah melakukan hubungan seks dan pada tahun 2008 naik mencapai hampir lebih dari 53 persen atau sekitar 416.194 jiwa, perilaku seks ini telah menurunkan moral remaja dan moral kota Jakarta sebagai Ibukota.
Free sex ini menyebabkan kenaikan angka kehamilan yang menyebabkan semakin padatnya penduduk di Jakarta. Akibat kepadatan penduduk tersebut tingkat kriminalitas akan semakin tinggi.
Inilah gaya hidup masyarakat Jakarta, khusunya remaja Jakarta, yang menjadi cermin bagi remaja-remaja di daerah lain. Para remaja Jakarta ingin menunjukkan kepada remaja di daerah lain, ”inilah gaya hidup kota metropolitan” yang mereka biasa senang disebut AGJ(Anak Gaul Jakarta).
Apakah ini yang pantas diteladani oleh kaum muda saat ini ?? Apakah ini cermin positive tersebut ??
Inilah . . . . . JAKARTA . . . . . !!!